Meskipun hanya dipisahkan oleh sekat tipis, ternyata seni dan desain itu berbeda.
Pertanyaan semacam “apa perbedaan seni dan desain?” seringkali menyeruak di pikiran kita. Namun jarang sekali ada yang bisa menyediakan jawaban yang mudah dicerna dan objektif.
Faktanya, seni dan desain adalah hal yang selalu berkaitan. Bahkan ada yang bilang bahwa seniman yang baik adalah yang mengerti desain dan desainer yang berkualitas ialah yang memasukkan unsur seni dalam desainnya. Fattah Setiawan menambahkan bahwa desain adalah seni yang disiplin. Oleh karena itu, keterkaitan antara seni dan desain memang sangat erat.
Menurut CreativeBloq.com, ada 6 poin yang membedakan seni dan desain:
1. Produk Akhir
Tugas seniman dan desainer memang sama-sama membuat produk visual, secara sederhananya, namun hasil dari karyanya bisa dibilang berbeda.
Seniman cenderung menjadi produsen barang yang memanjakan mata penikmat seni. Ilustrasi dan gambar ialah sedikit teknik untuk menumpahkan pikiran dan perasaan sang seniman. Produk seniman yang sering kita temui di pasaran seperti gambar di atas kanvas, mural, kartun, dan lain-lain.
Sedangkan desainer membuat visualisasi yang bertujuan sebagai media komunikasi dan juga bisa menunjang produksi. Desainer juga tak jarang bekerja dalam tim untuk menghasilkan sebuah produk yang nantinya akan dipakai khalayak ramai, seperti software, laptop, furnitur, dan lain-lain.
2. Penyelesaian Masalah
Tentu saja tujuan dari setiap pekerjaan adalah menyelesaikan masalah. Mengeksekusi ide atau visi dan memasarkannya ialah sedikit masalah yang harus ditaklukkan seniman. Akar dari masalah itu pun seringkali berada dari diri sendiri dan akan mudah diselesaikan pula bila seniman tersebut memiliki tekad yang kuat.
Berbeda dengan seniman, desainer seringkali harus berhadapan dengan problem yang lebih luas asalnya. Klien, mau tidak mau, juga bisa dibilang salah satu problema yang harus diselesaikan desainer. Nantinya, saat desainer berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang ia hadapi, yang bisa bernafas lega tak hanya desainer itu sendiri, tetapi juga kliennya, konsumen, dan masyarakat umum.
3. Tingkat Keahlian
Keahlian kerap didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat produk. Seniman yang sudah berpengalaman itu sudah bisa dikategorikan sebagai seorang ahli, karena tanpa keahlian yang mumpuni, karya mereka tidak akan ada bedanya dengan gambar seniman pemula. Keahlian, tentu saja, akan meningkat seiring berjalannya waktu dan sejalan dengan value yang dihasilkan pada karyanya.
Desainer, di sisi lain, tidak terlalu membutuhkan keahlian tertentu untuk ‘menjual’ idenya seperti seniman. Dengan keahlian berkomunikasi dan problem solving, desainer sudah bisa menghasilkan sesuatu. Namun, hasil karya desainer tentu akan semakin berharga ketika ia benar-benar ahli di bidang tersebut.
4. Interaksi dengan Orang Lain
Dasarnya, desainer membuat produk yang bisa melibatkan orang lain dalam interaksi. Interaksi, bagi desain, adalah hal yang sangat fundamental. Kebanyakan desainer memberikan solusi dari masalah yang dialami oleh orang banyak, seperti peralatan elektronik, furnitur, hingga transportasi. Semua produk tersebut didesain dengan tujuan meringankan kehidupan umat manusia.
Hasil akhir dari seniman seringkali pasif dan terbatas pada visual semata, sehingga interaksi yang bisa dilakukan dengannya bisa hampir dibilang tidak ada.
5. Fungsi yang Diberikan
Seniman menghasilkan sesuatu yang lebih bertujuan sebagai stimulasi visual, seperti dekorasi. Berbeda dengan seniman, adalah wajib hukumnya bagi desainer untuk menciptakan sesuatu yang sifatnya fungsional.
Istilah ‘desain yang fungsional’ sering diberikan pada produk yang berfungsi sesuai dengan porsinya. Misalnya, pembuka kaleng yang dibuat dari besi terbaik di dunia dan dilapisi berlian itu tidak didesain untuk kepentingan fungsional. Pembuka kaleng tersebut diperkirakan tidak akan dibutuhkan oleh masyarakat, karena terlalu mahal daripada pembuka kaleng biasa dan fungsinya juga tidak terlalu berbeda jauh.
Dalam kasus tersebut, pemahaman desain yang diterapkan berlebihan namun tidak dilengkapi dengan tujuan fungsional akan merusak keeleganan dari konsep desain itu sendiri.
6. Sistem Produksi
Bukan sebuah keanehan jika sebuah lukisan dari seniman kerap dibanderol mahal. Selain untuk menghargai kerja keras dan waktu yang dihabiskan oleh seniman tersebut, si pembeli, yang biasanya seorang kolektor, ingin menebus orisinalitas ide dan eksekusinya. Maka, jarang sekali sebuah lukisan artistik diproduksi secara masal.
Desain, malah sebaliknya. Setiap desain yang dibuat berorientasi pada produksi masal. Jumlah produk elektronik, aplikasi, atau interior yang terjual pun sangat dipengaruhi oleh konsep desain di dalamnya. Untuk mengurangi biaya produksi, maka produksi masal bagi produk desain menjadi solusi.
Kesimpulannya, tidak ada yang lebih baik antara seni dan desain. Keduanya adalah hal kompleks dan berharga yang saling melengkapi dalam kehidupan sehari-hari.
0 Comments