Halodunia.net – Presiden Sukarno mengunjungi Mesir sebanyak enam kali. Roeslan Abdulgani,mantan menteri penerangan, ikut dalam kunjungan terakhir pada 1965. Di ruang besar hotel tempat rombongan menginap, Roeslan didekati seorang perempuan Amerika Serikat yang menanyakan apakah dia dapat berkenalan dengan Sukarno.
“Sukarno yang memang mata keranjang menanyakan pada saya siapa wanita itu,” kata Roeslan dalam Tokoh Segala Zaman karya Casper Schuuring, wartawan Belanda.
“Biarkan dia datang,” kata Sukarno.
Perempuan itu mengatakan kepada Sukarno bahwa dia ingin melakukan penelitian dan menulis buku tentang Indonesia. Dia meminta bantuan Sukarno agar bisa ke Indonesia.
Menteri Urusan Luar Negeri Pakistan, Ali Bhutto, yang mendengar permintaan perempuan itu, mengingatkan, “Berhati-hatilah, Bung Karno!”
Sukarno memenuhi permintaan perempuan itu. Dia mengatur agar perempuan itu bisa ke Indonesia. Dia menyambutnya di Istana Merdeka dan memberinya seorang pembantu perempuan untuk menemaninya ke mana-mana.
Pada 1971, Roeslan bertemu sosiolog W.F. Wertheim di Belanda.Dia mengatakan kepada Roeslan bahwa orang-orang di sekeliling Sukarno telah disusupi CIA. “Juga seorang wanita Amerika, Pat Price disebut,”kata Roeslan. “Saya mengenalnya di Kairo ketika Sukarno mengunjungi Nasser.”
Wertheim bertanya pada Roeslan, “Siapa wanita itu? Bagaimana dia berhasil bertemu dengan Sukarno, apakah dapat dilakukan segampang itu, apakah CIA berada di belakang ini semua?”
“Mengenai apa yang dikemukakan itu saya hanya dapat ketawa saja,”kata Roeslan.
Roeslan menyebut Pat Priceadalah anak seorang pengusaha minyak yang menikah dengan seorang wartawan Australia. “Pat Price juga ingin sekolah di Indonesia dan saya mengundangnya,” kata Roeslan. “Dia memang benar kuliah dan saya beberapa kali menemaninya dalam pertemuan dengan Sukarno.”
Mangil Martowidjojo, komandan Detasemen Kawal Pribadi Resimen Tjakrabirawa, menyaksikan kehadiran Pat Price di Istana Merdeka. “Di Istana Merdeka, pada suatu hari kedatangan seorang tamu, seorang gadis cantik dari Amerika Serikat. Gadis cantik ini beraudiensi untuk bisa menghadap Bung Karno,” kata Mangil dalam Kesaksian tentang Bung Karno 1945–1967.
Setelah menghadap Sukarno, kata Mangil, hampir setiap hari gadis cantik itu ikut ngobrol dengan para tamu yang setiap pagi menemani Sukarno minum kopi di serambi sebelah belakang Istana Merdeka.
Sukarno mengizinkan Pat Price bergaul dan berteman denga putra-putrinya. Dia belajar menari dan lain-lain. “Gadis cantik dari negara Amerika ini dapat keluar masuk istana dengan leluasa,” kata Mangil.
Mangil menceritakan ketika Sukarno mengunjungi Pakistan, Presiden Ayub Khan bertanya apakah di istana ada seorang gadis cantik dari Amerika Serikat?
“Ya, memang ada. Dia kawan anak-anakku,” kata Sukarno.
“Apakah Bung Karno tahu betul, siapa gadis cantik itu sebenarnya?” tanya Ayub Khan.
“Ya, saya tahu, dia anak baik-baik, ingin belajar menari, menyanyi dan berkesenian di Jakarta,” jawab Sukarno.
Ayub Khan tersenyum. “Hai, Bung Karno, saya mendapat informasi dari intel saya di Pakistan. Saya belum kenal, apalagi melihatnya, tetapi saya tahu bahwa dia anggota CIA. Sedangkan Bung Karno yang sudah melihat dari dekat dan sudah kenal dengan baik, tapi belum tahu siapa dia sesungguhnya. Gadis cantik tersebut justru sudah dikenal oleh intel Pakistan sebagai anggota CIA.”
Menurut Mangil, Sukarno merasa heran begitu hebatnya dinas intelijen Pakistan dan begitu baik hati Presiden Ayub Khan yang bersedia memberikan keterangan yang sangat berharga itu.
Sukarno sendiri mengatakan kepada sahabatnya, wartawan Belanda Willem Oltmans,bahwa “beberapa bulan kemudian saya mendapat laporan dari dinas rahasia kami. Nona Price, gadis yang manis dan agak genit itu ternyata agen CIA.”
Mengetahui hal itu, Sukarno pun merasa kesal. “Ke mana-mana dia memanfaatkan nama saya, dan surat pengantar dari saya, dan menyalahgunakan bantuan saya dan keramahan kami sebagai tuan rumah, karena sebenarnya dia adalah mata-mata yang tidak sopan dan tidak beradab.”
“Apa yang meyakinkan dinas rahasia Indonesia bahwa gadis ini bekerja secara khusus untuk CIA,” tanya Oltmans dalam Di Balik Keterlibatan CIA: Bung Karno Dikhianati?
Sukarno menjelaskan, anggota dinas rahasia membuntuti Pat Price dengan hati-hati. Dia mengatur pertemuan dengan agen Amerika Serikat lainnya di tengah malam. Dia sering menemui para anggota Kedutaan Besar Amerika Serikat pada saat-saat yang tidak biasa dan di tempat-tempat yang tidak biasa pula.
“Yang terutama menarik perhatian kami adalah beberapa kali pertemuan terselubungnya denganatase militer Amerika Serikat,”kata Sukarno. “Dia bahkan berhasil masuk ke lingkungan tertinggi kemiliteran kami.”
“Gadis Amerika Serikat itu diusir dari Istana dan juga dari Indonesia,”kata Mangil.
Berhasil masuknya agen CIA ke istana membuat Sukarno mendamprat, “Intel kita kebobolan, Tjakrabirawa kebobolan!”
The post Sukarno : Intelijen Indonesia Kebobolan Agen CIA first appeared on Halo Dunia.
https://ift.tt/eA8V8J
0 Comments