Halodunia.net – Belakangan, media sosial diramaikan dengan video social experiment yang menampilkan sejumlah anak-anak tak mengenali foto para tokoh dan pahlawan bangsa.

Anak-anak itu justru lebih mengenal foto para artis dan influencer yang kini sedang populer di kalangan para remaja.

Adalah akun @iben_ma yang melakukan social experiment itu dan mengunggahnya melalui Instagram.

Jadi minggu ini gua melakukan social experiment lagi. Kali ini terkait dengan Influencer. Apakah benar Influencer lebih terkenal dibanding tokoh-tokoh penting Indonesia? Silahkan liat jawabannya pada video-video berikut,” tulis akun itu.

Unggahan lengkap dari social experiment itu bisa dilihat di sini: Viral social experiment pada anak soal foto para tokoh dan pahlawan.

Selain unggahan @iben_ma, video social experiment serupa juga dilakukan @ultram3lk melalui platform TikTok.

Dalam social experiment kali ini, penanya meminta sejumlah anak untuk melanjutkan lagu nasional yang dinyanyikannya.

Sayangnya, anak tersebut tak bisa melanjutkannya dengan tepat. Saat penanya meminta melanjutkan jargon “tarik sis”, anak itu pun spontan menjawabnya “semongko”.

Unggahan lengkap dari social experiment itu bisa dilihat di sini: Viral social experiment pada anak soal lagu nasional.

Respons Kak Seto

Menanggapi kondisi itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi (Kak Seto) mengatakan pendidikan nasionalisme di Indonesia memang kurang mendapat banyak perhatian.

“Kita tahu isi pendidikan kita ada 5, yaitu etika, estetika, iptek, nasionalisme, dan kesehatan,” kata Kak Seto kepada Kompas.com, Kamis (19/11/2020).

“Nasionalisme ini tampaknya kurang mendapat perhatian dan kurang melekat di kalangan anak-anak,” sambungnya.

Kak Seto mengaku sangat prihatin dengan kondisi ini. Sebab, hal itu akan berpengaruh pada pengembangan bangsa.

Menurut dia, lemahnya wawasan kebangsaan di kalangan ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengaruh tayangan atau informasi di dunia maya yang banyak diakses melalui gadget.

“Sekarang ini juga kan banyak dikeluhkan juga, anak kok kecanduan gadget. Kalau untuk pendidikan sih tidak masalah, tapi justru untuk hal yang sifatnya yang lebih nge-pop, ini sangat bahaya,” jelas dia.

Dua faktor lain yang menyebabkan lemahnaya wawasan kebangsaan anak, menurut Kak Seto, adalah kurikulum pendidikan dan lemahnya keteladanan dari para tokoh bangsa atau politisi saat ini.

Kak Seto menuturkan harus ada contoh keteladanan agar mengedepankan cara berpolitik yang santun. Pasalnya, hal itu akan diserap anak dalam kehidupan sehari-harinya.

“Kadang-kadang ada unsur rasdikalisme, fanatisme, itu yang membuat nasionalismenya lumpuh. Akhirnya anak-anak menyukai sesuatu yang aman-aman saja, termasuk selebritis dan artis-artis dari luar,” tutur dia.

Untuk itu, ia berharap agar pemerintah masuk ke dunia yang digemari anak agar bisa menanamkan wawasan kebangsaan.

“(Pemerintah) harus masuk ke dunia anak dan remaja yang saat ini memang sedang in di kalangan mereka, tapi isinya harus tetap dikontrol. Bangsa lain kan bisa juga melalui itu,” kata Kak Seto.

“Jadi dunia maya diisi dengan wawasan kebangsaan, bagaimana jasa-jasa para pahlawan. Akhirnya ada kebanggaan kalau Indonesia itu hebat banget,” lanjutnya.

Penulis: Ahmad Naufal DzulfarohEditor: Jihad Akbar

https://ift.tt/eA8V8J

from Halo Dunia https://ift.tt/2IJrMBt
via Khoirul Amin